Analisis Reflektif: Menghapus Keyakinan Sial, Menegakkan Tauhid
1. Makna Utama
Tulisan ini mengingatkan kita bahwa merasa sial karena suatu tanda, waktu, atau peristiwa tertentu adalah bentuk kesyirikan halus (syirik khafi). Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadis yang dikutip:
“Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah (tanda kesialan), maka ia telah berbuat syirik.”
(HR. Ahmad)
Artinya, jika seseorang batal melakukan kebaikan hanya karena takut akan sial — misalnya karena mendengar suara burung hantu, melihat angka tertentu, atau mengikuti ramalan primbon — maka ia telah menodai tauhidnya. Sebab ia menempatkan sesuatu selain Allah sebagai penentu nasib.
2. Refleksi Keimanan
Di tengah masyarakat modern, masih banyak bentuk kepercayaan lama yang menyusup ke dalam budaya:
• Tidak menikah di bulan tertentu karena dianggap “bulan sial”.
• Takut keluar rumah jika melihat pertanda aneh.
• Menunda niat baik karena “perasaan tidak enak”.
Padahal, takdir dan nasib seseorang hanya berada di tangan Allah. Tidak ada hari sial, tidak ada angka sial, tidak ada bulan sial. Yang ada hanyalah hari ujian dan hari keberkahan, tergantung bagaimana kita mengisinya.
Allah ﷻ berfirman:
“Katakanlah: Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami; Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang mukmin bertawakal.”
(QS. At-Taubah: 51)
3. Refleksi Sosial dan Budaya
Kita hidup di masyarakat yang sering mencampur antara adat dan aqidah. Misalnya, saat burung hantu bersuara dianggap tanda kematian, atau saat kaca pecah dianggap pertanda buruk. Padahal semua itu hanyalah kejadian alam yang netral, tidak memiliki kekuatan gaib.
Refleksi penting bagi umat Islam: memisahkan budaya yang bertentangan dengan tauhid tanpa memutuskan nilai sosialnya. Kita tetap boleh menghormati tradisi, selama tidak meyakini bahwa ia menentukan nasib dan keberuntungan.
4. Refleksi Pribadi
Tulisan ini menuntun kita untuk muhasabah diri:
• Apakah selama ini kita masih menyimpan keyakinan “takut sial”?
• Apakah kita lebih percaya pada tanda-tanda dunia daripada takdir Allah?
• Apakah kita berani melangkah dengan penuh tawakal tanpa dibayangi rasa waswas?
Jika masih ada sisa-sisa kepercayaan itu, berarti masih ada ruang untuk memperbaiki tauhid kita. Karena kemurnian tauhid adalah sumber ketenangan, keberanian, dan kebebasan sejati dari belenggu tahayul dan khurafat.
5. Pesan Pendidikan untuk IRGT School
Bagi lembaga pendidikan seperti IRGT School, pesan ini penting untuk:
• Menanamkan akidah yang lurus dan rasional pada siswa.
• Mengajarkan scientific thinking dan spiritual clarity — bahwa segala sesuatu berjalan dengan hukum Allah, bukan karena mitos.
• Menumbuhkan mental berani dan optimis, tidak mudah takut oleh hal-hal di luar logika iman.
🌟 Penutup
Jangan gantungkan nasibmu pada tanda, waktu, atau makhluk,
karena semua itu tidak punya daya apa pun tanpa izin Allah.
Yakinlah, setiap hari adalah kesempatan baru untuk berbuat baik, bukan hari sial.
“Tauhid adalah cahaya yang memadamkan semua bayangan rasa takut kecuali takut kepada Allah.”
— Jasman Jaiman