WANITA MASUK SYURGA

Menurut Islam, wanita dapat masuk surga dengan memenuhi beberapa syarat dan memiliki sifat-sifat tertentu,diantaranya :

  1. Menjaga Shalat 5 Waktu: Menunaikan shalat wajib lima waktu dengan khidmat dan tepat waktu.
  2. Menjalankan Puasa Ramadhan: Berpuasa di bulan Ramadhan dan mengganti puasa yang tertinggal karena haid atau nifas.
  3. Menjaga Kehormatan: Menjaga diri dari perbuatan zina dan menutup aurat dengan hijab syar'i.
  4. Taat kepada Suami: Mematuhi perintah suami dan menjaga hak-haknya selama tidak melanggar syariat Islam.
  5. Berbakti kepada Orang Tua: Berbakti kepada orang tua dan menjaga hubungan baik dengan mereka.
  6. Menjaga Lisan: Menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik dan berusaha untuk berbicara dengan baik.
  7. Bersabar dan Bertakwa: Bersabar dalam menghadapi cobaan dan ujian, serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Dengan memiliki sifat-sifat tersebut, seorang wanita dapat meningkatkan peluangnya untuk masuk surga dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, 'Masuklah ke surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.'" (HR Ahmad dan Ibnu Hibban).

Semoga bermanfaat.


Pku,07102025.
Salam ta'zim,
UGAN

HIDUP BERAT, MENIKAH ADALAH PILIHAN YANG TEPAT?

“Ah, berat sekali hidup ini. Banyak sekali beban. Lebih baik menikah saja. Pasti menyenangkan. Ada seseorang yang bisa diandalkan.”

Memiliki hidup yang membosankan dan dirasa berat, beberapa perempuan rentang usia 17-20 tahunan pasti pernah mengeluh seperti itu. Lelah dengan perkuliahan dan tugas yang tiada akhir menjadi salah satu alasan terbesar yang mengantarkan pikiran mereka untuk segera menikah. Perempuan pikir dengan menikah, kuliah bukanlah menjadi sebuah prioritas. Padahal menikah atau tidak menikah, sebuah pendidikan adalah hal yang penting dan harus diselesaikan.

Ada pula yang berpikir bahwa menikah adalah pilihan yang tepat daripada menjalani hidupnya sekarang ini. Merasakan hidup yang monoton, kesepian, dan tak ada teman berbagi cerita kala di rumah juga bisa mengantarkan pikiran bahwa menikah mungkin lebih indah. Apalagi memiliki orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya dan bahkan suka mengekang, menikah pasti menjadi sebuah bayang-bayang untuk kabur dari rumah.

Melihat teman-teman, sahabat, orang sekitar, dan bahkan selebriti yang menikah muda, perempuan pasti juga ingin merasakannya. Kebahagian pasangan menikah muda yang mereka lihat menjadi iming-iming bahwa menikah pasti menyenangkan. Terngiang bahwa menikah itu indah dan mudah dijalani.

Pernah merasa disakiti dan kecewa serta lelah bergonta-ganti pacar menjadikan perempuan berpikir lebih baik menikah. Menikah mungkin bisa menjadikan laki-laki setia hingga akhir hidupnya karena sudah terikat oleh agama dan negara. Maka, perasaan kecewa dan sakit hati karena pasangan tak akan dirasakannya. 

Dengan berbagai alasan, bukan sesuatu yang asing lagi bahwa perempuan berkeinginan menikah lantaran berpikir jika semua masalah yang ada dan tengah dihadapi akan selesai dan hilang begitu saja.

Realitas kebanyakan pasangan menikah muda setelah menikah tidak merasakan seperti apa yang dibayangkannya. Menikah bukan tentang menjemur pakaian berdua, saling bercerita di teras rumah, menghitung bintang di kala malam, saling bertukar pelukan, atau saling mengecup di kala jumpa atau berpisah. Menikah bukan hanya mencari sponsor baru pengganti orangtua, yang akan memberi kita makan, minum, atau uang untuk sekadar bersenang-senang. 

Menikah ternyata adalah perkara yang lebih rumit dari itu. Menikah terkadang bukan menyelesaikan masalah, justru menambah beban dan tanggung jawab yang berat. Tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri, terhadap keluarga besar, dan terlebih kepada Tuhan. Kamu juga tidak akan bebas sebebas apa yang kamu pikirkan.

Menikah muda membutuhkan adaptasi yang besar karena pada usia 17-20 tahunan pola pikir belum begitu matang dan masih ingin merasakan kebebasan. Akan sulit menjalani berbagai hal yang benar-benar kamu inginkan sambil memikirkan perasaan pasangan kamu dan meminta izin mereka sebelum melakukan sesuatu, bukan? 

Saat menghadapi konflik, kondisi emosi yang cenderung belum stabil mengakibatkan perbedaan ego dan pendapat sehingga sering terjadi pertengkaran. Membangun rumah tangga juga memerlukan pengelolaan uang yang baik. Sedangkan sifat kekanakan, ingin bebas, suka menghamburkan uang menyebabkan kondisi penghasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Pernikahan muda juga sering kali menyebabkan seorang perempuan tidak lagi meneruskan sekolahnya. Berpikir bahwa menikah adalah sebuah bentuk ibadah dan lebih baik daripada kuliah. Padahal apakah menuntut ilmu bukan bentuk ibadah juga? Adapun alasan dikarenakan ia merasa mempunyai tanggung jawab baru sebagai istri dan calon ibu.  

Pernikahan muda juga bisa menyebabkan gangguan perkembangan kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap kekerasan dan keterlantaran. Akibat sifat kekanakan dan keegoisan orangtua mereka yang belum cukup matang dan pendewasaan yang masih berkembang.

Namun bukan berarti semua pasangan yang menikah muda pasti mengalami kegagalan dalam perjalanan rumah tangganya. Seperti artis Natasha Rizky yang memutuskan untuk menikah pada umur 19 tahun. 

Menikah muda bukanlah suatu halangan untuk dirinya dalam berkarier dan melakukan kegiatan lainnya. Rumah tangganya bersama Desta juga cukup tenteram, tak ada sorotan media yang menunjukkan pertengkaran. Dibuktikan bahwa ia juga mampu menjadi seorang ibu yang baik kepada dua anaknya walaupun disibukkan dengan dunia kerja.

Menikah adalah sebuah pilihan masing-masing orang. Pilihan yang diputuskan dengan banyak pertimbangan. Termasuk tentang pertimbangan bahwa menikah itu bukan hanya sekadar menemukan pasangan hidup. 

Menikah sebenarnya adalah sebuah perjalanan baru. Menikah membutuhkan kesiapan, baik kesiapan biologis ataupun psikologis. Kedewasaan dan tingkat kematangan psikologis tidak ditentukan dari segi usia, melainkan dari cara berpikir seseorang terhadap sesuatu. 

Setiap orang pasti berbeda, tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti satu standar tertentu. Menikah sekarang atau menikah nanti semuanya tergantung pada diri sendiri. Kapan pun kamu menentukannya, pasti akan tiba masanya menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu untuk anakmu. Asalkan sudah benar-benar matang dan siap dari segi pola pikir, mental, dan finansial, menikah bukan lagi menjadi hal yang sulit dilakukan.

Sumber: Qureta.com

MENTERI WANITA PERTAMA

Tokoh ini dilahirkan pada 25 Disember 1924 di Kampung Parit Keroma, Muar, Johor dan telah mendapat pendidikan formal di Sekolah Melayu Lelaki Kampung Parit Keroma dan kemudian menyambung pelajaran ke Sekolah Melayu Perempuan Mersing.

Allahyarhamah Tun Tan Sri (Dr.) Fatimah binti Haji Hashim, semasa bersekolah, beliau seorang murid yang aktif dan pernah menjadi Ketua Darjah dan Ketua Kumpulan Murid Perempuan, Ketua Kumpulan (murid perempuan) kegiatan berkebun sayur, Ketua Murid Sekolah Melayu Perempuan Mersing dan ketua rombongan pasukan senaman ke pertandingan senaman sekolah-sekolah negeri Johor di Sekolah Air Molek.

Beliau pernah menerima latihan perguruan yang dihadirinya pada setiap hari Sabtu di Sekolah Perempuan Mersing selama dua tahun, tetapi beliau tidak mendapat peluang menjadi guru kerana tercetusnya Perang Dunia Kedua. Walaupun begitu, beliau pernah mengajar di Sekolah Perempuan Mersing bagi menggantikan guru-guru yang bercuti atau sakit.

Tun Fatimah mula menceburkan diri dalam arena politik pada tahun 1947 sebagai seorang ahli dalam UMNO dengan memakai nombor 315. Pada tahun 1948 beliau dilantik sebagai Ahli Jawatankuasa Cawangan Kaum Ibu Kampung Nong Chik Johor Bahru yang ditugaskan mengutip yuran dan mencari ahli.

Di samping itu beliau pernah memegang jawatan Penolong Setiausaha UMNO Cawangan Johor Bahru (Ketika itu, Y.Bhg. Datin Suhaila sebagai Setiausaha) dan pernah menjadi wakil Kaum Ibu UMNO.

Beliau kemudiannya telah berpindah ke Kota Tinggi kerana mengikut suami beliau sebagai Majistret dan semasa di sana beliau mendapat kepercayaan menjadi Naib Ketua Kaum Ibu UMNO Kota Tinggi.

Di sana beliau sempat membuka kelas dewasa yang diadakan di rumah beliau sendiri untuk membantu penduduk-penduduk yang buta huruf. Di antara tahun 1951-1953, beliau telah memegang jawatan Setiausaha Pergerakan Kaum Ibu UMNO Johor.

Usaha-usaha beliau ini terpaksa diberhentikan kerana mengikut suami beliau melanjutkan pelajaran ke England. Setelah pulang dari luar negara pada bulan Jun 1955, beliau aktif semula dalam politik (kali ini di Negeri Perak) dan sama-sama terlibat dalam kempen pilihanraya dan menjadi wakil Parti Perikatan untuk menjaga pengundi-pengundi dalam piliharaya yang diadakan pada bulan Julai 1955.

Sekali lagi selepas itu pemimpin-pemimpin UMNO negeri datang menemui beliau dan meminta jasa baik beliau supaya menyusun semula Pergerakan Kaum Ibu UMNO kawasan Ipoh dan beliau telah dipilih menjadi ketua.

Beliau kemudiannya dipilih pula untuk memimpin pergerakan UMNO Negeri Perak dalam mesyuarat perhimpunan Agong pada bulan April 1956.

Pada penghujung tahun 1958, beliau telah mengikut suami beliau bertugas di Kedah Beliau telah bertanding dalam pilihanraya bagi Kawasan Jitra/Padang Terap dan menjadi ahli parlimen kawasan tersebut sehingga 20 Mei 1969.

Beliau juga telah dilantik menjadi menteri wanita yang pertama dalam Kerajaan Malaysia dengan memegang portfolio Menteri Kebajikan Am dari 20 Mei 1969 hingga akhir Februari 1973.

Tun Fatimah juga aktif dalam pergerakan sosial terutamnya dalam pertubuah wanita. Pada tahun 1962, sebagai Ketua Pergerakan Kaum Ibu UMNO dan bersama-sama beberapa orang pemimpin wanita lain, beliau telah memulakan perayaan Hari Wanita pada 25 Ogos. Perayaan tersebut disambut sehingga hari ini.

Setahun selepas pelancaran Hari Wanita, diputuskan supaya sebuah badan gabungan pertubuhan-pertubuhan wanita ditubuhkan, antara lain, menjadi urusetia perayaan Hari Wanita di samping menangani pesoalan-persoalan wanita semasa.

Badan tersebut diberi nama Majlis Kebangsaan Petubuhan-pertubuhan Wanita atau National Council of Women’s Organisations (NCWO).  Beliau adalah pengasas pertubuhan tersebut dan menjadi Yang Di Pertua pada tahun 1965 dan menerajui NCWO selama 24 tahun sehingga bersara daripada jawatan pada tahun 1989.

Melalui pertubuhan ini, banyak usaha yang telah beliau jalankan bagi memperbaiki kedudukan dan taraf wanita di negara ini . 

Beliau juga telah menjadi Ahli Majlis Universiti Malaya, Ahli Jawatankuasa Hospital Assunta, Ahli Jawatakuasa Sekolah Latihan Wanita Ipoh, Ahli Jawatankuasa Perikatan Peringkat Malaya dan Ahli Jawatankuasa Majlis Pepaduan Kebangsaan Malaysia.

Beliau juga pernah dilantik Naib Presiden Persatuan Bulan Sabit Merah. Sebagai Ketua Pergerakan Kaum Ibu UMNO, dengan sedirinya beliau menjadi Naib Yang Dipetua UMNO Malaysia dan menduduki kerusi di Jawatankuasa Majlis Kerja Tertinggi UMNO Malaysia, Ahli Jawatankuasa Kewangan UMNO dan Ahli Jawatankuasa Politik.

Selaku pemimpin wanita Melayu pertama menjadi Menteri, Tun Fatimah seringkali diundang memberi ucapan dan ceramah dalam seminar-seminar, forum dan persidangan-persidangan yang dianjurkan oleh pelbagai pertubuhan, baik di dalam mahupun di luar negara.

Antara mesyuarat dan persidangan yang pernah dihadirinya ialah Perjumpaan Wanita Antarabangsa dalam tahun 1965 di Tehran. Pada tahun 1963, beliau telah membuat lawatan sambil belajar selama dua bulan ke Amerika Syarikat dan sebagai Menteri Kebajikan Am, beliau telah membuat lawatan ke negara-negara jiran, misalnya ke Indonesia. Sebagai Presiden NCWO juga, beliau telah mengikuti beberapa persidangan wanita antarabangsa.

Pada 31 Ogos 1958 sempena merayakan kemerdekaan pertama, beliau telah dianugerahkan Bintang Panglima Mangku Negara (PMN) yang membawa gelaran Tan Sri seterusnya merupakan wanita pertama di negara ini yang mendapat gelaran Tan Sri. Universiti-universiti tempatan juga telah memberi penghormatan kepada beliau seperti Ijazah Kehormat Doktor Undang-undang oleh Universiti Malaya pada tahun 1975 dan Ijazah Kehormat Doktor Pendidkan oleh UTM pada tahun 2000.

Sebelum itu, pada tahun 1995, UTM telah melantik beliau sebagai Pro-Canselor. Pada tahun 2003, beliau telah dikurniai darjah kebesaran Seri Setia Mahkota (S.S.M) oleh Seri Paduka Baginda Yang Di-Pertuan Agong yang membawa gelaran ‘Tun’.

Anugerah-anugerah ini adalah sebagai penghargaan di atas jasa dan sumbangan beliau di arena politik tanah air dan aktiviti kebajikan masyarakat, khususnya bagi wanita.

Tun Fatimah Hashim menghembuskan nafas terakhir akibat sakit tua pada pukul 11.35 malam 9 Januari 2010 ketika berusia 85 tahun. Jenazah beliau disemadikan di Makam Pahlawan, Masjid Negara Kuala Lumpur, bersebelahan pusara suaminya, Tan Sri Abdul Kadir Yusoff, iaitu bekas Peguam Negara dan Menteri Undang-Undang dan Pembangunan Negara.

Beliau meninggalkan enam orang anak, 18 orang cucu serta 13 orang cicit.

SAYYIDAH NAFISAH CICIT NABI

Ini kisah tentang perempuan suci, cicit dari Nabi Muhammad Saw. Ia juga seorang ilmuwan terkemuka di masanya, sehingga Imam Syafi’i pun berguru padanya. Sayyidah Nafisah (145 H -208 H), itulah namanya. Makamnya di Kairo, Mesir, sampai sekarang masih dipenuhi para peziarah.

Di luar masjid Sayyidah Nafisah, dijual buku yang mengupas biografi perempuan yang disebut-sebut sebagai sumber pengetahuan keislaman yang berharga (Nafisah al-‘Ilm), pemberani, sekaligus ‘abidah zahidah (tekun menjalani ritual dan asketis). Bahkan, sebagian orang mengatagorikannya sebagai wali perempuan dengan sejumlah keramat.

Sejak kecil, Sayyidah Nafisah sudah hafal Al-Qur’an dan setiap selesai membaca Al-Qur’an beliau selalu berdoa, “Ya Allah, mudahkanlah aku untuk berziarah ke makam Nabi Ibrahim”. Ia memahami bahwa Nabi Ibrahim adalah bapak moneteisme sejati, sekalligus bapak Nabi Muhammad lewat jalur Nabi Ismail yang notabene keturunan Nabi Ibrahim. Sedangkan Sayyidah Nafisah sendiri adalah keturunan dari Nabi Muhammad.

Dengan mengunjungi makam Nabi Ibrahim, boleh jadi ia berharap menarik benang merah perjuangan para leluhurnya. Ketika Allah mengabulkan doanya dan ia bisa berziarah ke makam kakek moyangnya, Nabi Ibrahim, terjadilah peristiwa spiritual (yang sebaiknya tidak perlu diceritakan di sini).

Ketika ia berusia 44 tahun, ia tiba di Kairo pada 26 Ramadhan 193 H. Kabar kedatangan perempuan yang luar biasa ini telah menyebar luas. Ia pun disambut oleh pebduduk Kairo yang merasa bersyukur didatangi oleh Sayyidah Nafisah. Ratusan orang tiap hari datang hendak menemuinya. Dari mulai berkonsultasi, meminta doa ataupun mendengar nasihat dan ilmu darinya.

Bahkan, dikabarkan banyak yang sampai kamping bermalam di luar kediamannya, menunggu kesempatan untuk bisa bertemu. Lambat laun, Sayyidah Nafisah merasa waktunya tersita melayani umat. Ia memutuskan untuk meninggalkan Kairo dan kembali ke Madinah agar bisa berdekatan dengan makam kakeknya, Nabi Muhammad Saw.

Tapi, penduduk Kairo keberatan dan memelas agar Sayyidah Nafisah membatalkan keputusannya untuk mudik ke Madinah. Gubernur Mesir turun tangan. Ia melobi Sayyidah Nafisah untuk bertahan di Kairo. Gubernur menyediakan tempat yang lebih besar baginya, sehingga kediamannya bisa menampung umat lebih banyak. Gubernur juga menyarankan agar ia menerima umat hanya pada hari Rabu dan Sabtu saja. Di luar waktu itu, ia bisa kembali berkhalwat beribadah menyendiri.

Gubernur menunggu beberapa saat. Sementara Sayyidah Nafisah terlihat diam, menunggu petunjuk Allah. Akhirnya, setelah mendapat izinNya, ia pun menerima tawaran Gubernur dan memutuskan tinggal di Kairo sampai ajal menjemputnya.

Sebelum tiba di Mesir, Imam al-Syafi’i sudah lama mendengar ketokohan perempuan ulama ini dan mendengar pula bahwa banyak ulama yang datang ke rumahnya untuk mendengarkan pengajian dan ceramahnya. Al-Syafi’i datang ke kota ini lima tahun sesudah Sayidah Nafisah.

Beberapa waktu kemudian, al-Syafi’i meminta bertemu dengannya di rumahnya. Sayidah Nafisah menyambutnya dengan seluruh kehangatan dan kegembiraan. Perjumpaan itu dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan yang sering. Masing-masing saling mengagumi tingkat kesarjanaan dan intelektualitasnya.

Bila al-Syafi’i berangkat untuk mengajar di masjidnya di Fustat, ia mampir ke rumahnya. Begitu juga ketika pulang kembali ke rumahnya. Dikabarkan bahwa al-Syafi’i adalah ulama yang paling sering bersama Sayyidah Nafisah dan mengaji kepadanya, justru dalam status Imam al-Syafi’i sebagai tokoh besar dalam bidang usul al-fiqh dan fiqh.

Kita tahu bahwa sebelum datang ke Mesir, Imam al-Syafi’i sudah terlebih dahulu terkenal dan harum namanya di Baghdad. Fatwa-fatwa Imam al-Syafi’i di Baghdad dikenal sebagai ‘qaul qadim’, sedangkan fatwa beliau di Kairo dikategorikan sebagai ‘qaul jadid’. Pada Ramadhan, al-Syafi’i juga sering shalat Tarawih bersama Sayyidah Nafisah di masjid ulama perempuan ini.

Begitulah kedekatan kedua orang hebat ini. Manakala Imam al-Syafi’i sakit, ia mengutus sahabatnya untuk meminta Sayidah Nafisah mendoakan bagi kesembuhannya. Begitu sahabatnya kembali, sang Imam tampak sudah sembuh. Ketika dalam beberapa waktu kemudian al-Syafi’i sakit parah, sahabat tersebut dimintanya kembali menemui Sayyidah Nafisah untuk keperluan yang sama, meminta didoakan.

Kali ini, Sayyidah Nafisah hanya mengatakan, “Matta’ahu Allah bi al-Nazhr Ila Wajhih al-Karim” (Semoga Allah memberinya kegembiraan ketika berjumpa denganNya). Mendengar ucapan sahabat sekaligus gurunya itu, al-Syafi’i segera paham bahwa waktunya sudah akan tiba.

Al-Imam kemudian berwasiat kepada murid utamanya, al-Buwaithi, meminta agar Sayyidah Nafisah menyalati jenazahnya jika kelak dirinya wafat. Ketika al-Syafi’i kemudian wafat, jenazahnya dibawa ke rumah sang ulama perempuan tersebut untuk dishalatkan.

Menurut KH. Husein Muhammad, di antara nasihat Sayyidah Nafisah kepada para muridnya adalah:

1. Jika kalian ingin berkecukupan, tidak menjadi miskin, bacalah QS. al-Waqi’ah [56].

2. Jika kalian ingin tetap dalam keimanan Islam, bacalah QS. al-Mulk [67].

3. Jika kalian ingin tidak kehausan pada hari dikumpulkan di akhirat, bacalah QS. al-Fatihah [1].

4. Jika kalian ingin minum air telaga Nabi di akhirat, maka bacalah QS. al-Kautsar [108].

Sayyidah Nafisah adalah fakta sejarah bahwa seorang perempuan bisa menjadi seorang ulama tersohor, bahkan menjadi guru bagi seorang Imam Syafi’i. Kita merindukan munculnya Sayyidah Nafisah berikutnya di dunia Islam.

Sumber : muslimedianews.com

HADIAH DARI ISLAM UNTUK KAUM PEREMPUAN

Perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat luar biasa, darinya lah kemudian lahir generasi-generasi hebat dengan bermacam-macam ilmu yang dikuasainya. Bahwa perjuanagan seorang perempuan dalam mengandung calon anak-anaknya kurang lebih sembilan bulan, waktu yang tidak sebentar. Selain itu pada proses melahirkannya nanti ia berjuang antara hidup dan mati, nyawa sebagai taruhannya. Perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anak keturunannya. Anak-anak adalah fitroh tergantung bagaimana orang tuanya mendidik dan memberikannya pendidikan.

Ada banyak catatan lembar hitam tentang perempuan bagaimana ia diperlakukan dulu masa jahiliyah sebelum Islam datang. Pelecehan, penghinaan, pelampiasan syahwat, dan diskriminasi lainnya adalah hal yang biasa mereka dapatkan. Seolah predikat perempuan  waktu itu memang untuk diperlakukan demikian. Sanagat tidak manusiawi sama sekali.

Akibat dominasi budaya jahiliyah, tidak sedikit perempuan terpaksa dipingit, dipasung dan dibelenggu. Mereka tidak diidzinkan menuntut ilmu, menikmati pendidikan tinggi, berkarir, bekerja dan memiliki profesi. Posisi perempuan dalam lingkum sosial masyarakat juga kurang diperhitungkan, perempuan hanya terbatas di wilayah domistik saja sebagai penjaga kasur, sumur dan dapur.

Kedudukan Perempuan Pra Islam, Penindasan dan Penyiksaan  

Kaum perempuan zaman jahiliyah dulu sebelum Islam datang biasa mereka diperlakukan semena-mena, tidak dihargai dan selalu disakiti. Bahkan kehadiran bayi wanita dianggap aib yang akan merendahkan martabat suatu kabilah. Mereka menilai mengubur hidup-hidup bayi wanita lebih terhormat daripada membiarkannya hidup.

Perempuan tak ubahnya seperti budak-budak, ketika suaminya meninggal maka ia boleh diwariskan layaknya sebagai harta suami. Ia tidak boleh menikah lagi jika tidak mendapatkan persetujuan dari keluarga sang suami. Tetapi ia boleh bebas menikah asalkan mampu menebus dirinya dengan sejumlah harta.

Seorang laki-laki boleh menikah dengan perempuan banyak tanpa ada batasan khusus, bahkan ada laki-laki yang mempunyai isteri lebih dari 900. Dalam praktek seperti ini bagaimana mungkin satu laki-laki mampu memberikan nafkah secara adil terhadap isteri-isterinya, karena sifat manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Praktek menikah dengan banyak perempuan sangat tidak bermoral sama sekali dan hanya untuk memuaskan syahwat diri sendiri.

Selain itu isteri-isteri sang suami boleh ditukar dalam jangka tertentu sesuai kesepakatan dengan laki-laki lain. Perempuan-perempuan tak lebih dari sebuah barang yang tidak berharga dan tidak ada nilainya. Para lelaki memperlakukan semena-semena terhadap mereka. Suami juga bebas menceraikan isteri-isteri sesuai kehendak dirinya, sedang sang isteri tidak mempunyai hak cerai sama sekali.

Kita yang hidup saat ini hanya bisa menerka-nerka bagaimana ketidak adilan yang dilakukan terhadap para perempuan dan diskriminasi lalu membandingkan dengan penghormatan yang diberikan terhadap mereka setelah datangnya Islam. Memang masa jahiliyah dalam sejarahnya norma-norma belum diajarkan dengan benar, perempuan hidup dalam posisi sangat tidak menguntungkan sama sekali.

Kedudukan Perempuan Setelah Islam Datang, Hadiah Untuk Mereka

Di antara misi datangnya Islam adalah  untuk memperbaiki norma dan moral ummat manusia pada saat itu, meskipun dalam perjalanannya masuknya Islam tidak langsung diterima dengan baik, tetapi banyak yang menolak bahkkan mengancam untuk membunuh Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah. Tetapi pelan-pelan atas gigih dan semangat perjuangan beliau akhirnya Islam dapat diterima oleh sebagian orang sedang yang lain tetap melakukan perlawanan terhadap Nabi Muhammad akan ajaran yang dibawanya.

Moral-moral bejat yang ada pada masa jahiliyah dan sudah membudaya pelan-pelan diperbaiki oleh Islam. Islam datang memproklamirkan kemanusiaan perempuan sebagai manusia utuh. Perempuan adalah mahluk yang memiliki harkat dan martabat yang setara dengan laki-laki sebagaimna ditegaskan dalam an-nisa’ ayat 1 bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan dari unsur yang satu. Muhammad sangat gigih mengikis budaya jahiliyah yang tidak manusiawi dan melecehkan perempuan. beliau memperjuangkan terwujudnya ajaran Islam yang akomodatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan.  Secara bertahap beliau mengembalikan hak-hak asasi perempuan sebagai manusia utuh dan merdeka.

Termasuk perlakuan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan yang sudah membudaya. Praktek mengubur anak perempuan hidup-hidup di larang oleh Islam. Sebagaimana ditegasakan dalam al-Anam ayat 151. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa kehadiran anak perempuan jangan dijadikan beban karena takut kemiskinan, karena Allah lah yang akan memberi rezeki. Islam mengajarkan bahwa perempuan sama seperti laki-laki. Maka perlakuan terhadapnya juga harus sama, bukan malah di tindas atau diperlakukan semena-mena.

Secara tegas Islam juga melarang tradisi mewariskan perempuan setelah ditinggal suami sebagaimana ditegaskan dalam an-Nisa’ ayat 19. Selain itu Islam memberikan hak waris terhadap kaum perempuan sebagamana ditegaskan dalam an-Nisa’ ayat 7.

Islam juga membatasi laki-laki dalam menikah dengan perempuan yaitu maksimal empat orang dengan syarat si suami bisa berlaku adil terhadap isteri-isterinya sebagaimana termaktub dalam an-nisa’ ayat 3. Jika tidak bisa maka satu isteri labih baik.

Budaya menceraikan perempuan sesuka hati di ataur oleh Islam dimana dahulu laki-laki bebas menceraikan tanpa batas maksimal. Dengan datangnya Islam suami hanya mempunyai hak cerai maksimal dua kali dan setelah itu tidak boleh rujuk kembali. Demikian pula seorang isteri juga mempunyai hak cerai, yaitu khuluk.

Islam datang untuk memberikan hak-hak yang memang dimiliki perempuan, memanusiakan perempuan secara utuh. Bagaimana mungkin perempuan yang juga manusia diperlakukan tidak seperti manusia.

Tetapi Islam tetap memberikan batasan-batasan khusus terhadap kaum perempuan abik lingkup domestik maupun publik, dan itu bukan berarti merusak moral. Ruang lingkup domistik misalnya, setelah beristeri perempuan terbatasi dengan suami-suaminya. Ia tidak boleh keluar rumah tanpa ada idzin dari suami, berpuasa sunnah juga harus ada idzin dari suami. Dan ini bukan brarti diskriminasi perlakuan laki-laki, tetapi untuk mengangkat derajat perempuan itu sendiri karena peranan seorang suami dalam keluarga adalah sebagai pemimpin.

Kehadiran kaum perempuan dan laki-laki merupakan satu pasangan yang saling melengkapi, sesuai dengan asas ketentuan umum dalam penciptaan alam semesta secara keseluruhan. Dengan keberadaaan yang saling melengkapi ini jika salah satu unsur tidak menjalankan tugas dan fungsinya secara benar maka akan mengalami kerusakan atau ketidak beresan pada unsur yang lain.

Dari sifat saling melengkapi anatara perempuan dan laki-laki, Allah menjadikan perempuan mempunyai tugas dan barangkali sebgai fitroh yang berbeda dalam beberapa hal dengan laki-laki. Seperti mengandung, melahirkan, menyusui dan semacamnya. Pun demikian seorang laki-laki mempunyai kewajiban lain yang bertujuan membentu perempuan dalam melaksanakan kewajibannya dan fitrah tersebut, seperti mencari nafkah, memenuhi kebutuhan perempuan dan anak-anak, dan semacamnya.

Menurut Sayyid Qutub kehadiran pria dan wanita tidak bisa dipisahkan dengan keutuhan dan keserasian sebuah keluarga. Keserasian dan keutuhan ini bisa berjalan dengan lancar manakala masing-masing pria dan perempuan menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing dengan baik. Pada gilirannya, keberhasilan sebuah keluarga merupakan suatu dasar keberhasilan bangsa dan tanah air.  

Zamakhsyari mengatakan bahwa perbedaan kewajiban dan hak dalam Islam bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bersama, bukan untuk mendorong menghalalkan praktek diskriminasi.

Jadi memang posisi dan tugas perempuan itu tidak sama, ada wilayah yang memang khusus untuk laki-laki dan ada wilayah yang khusus untuk perempuan dan itu untuk kemaslahatan dan agar saling melengkapi satu dan yang lain.

Hubungi Kami

Alamat:
No.5B, Jalan 3/70 Damai Point, Seksyen 3, 43650 Bandar Baru Bangi. Selangor

Telefon: +60 17-377 7732
Email: alfalahmadani2022 [@] gmail.com

Jumlah Pengunjung

035338
Hari ini: 134
Minggu Ini: 1,051
Bulan Ini: 9,134
Tahun Ini: 35,338
Tahun Lepas: 5,538
Image

Alfalahmadani.my merupakan sebuah portal yang bertanggungjawab untuk bertindak sebagai penampan bagi setiap tuduhan, fitnah, kekeliruan, ketidakfahaman dan kecelaruan yang berlegar di minda rakyat. Sama ada isu-isu yang timbul secara organik di media sosial, ataupun yang didorong sebagai naratif oleh pihak-pihak tertentu,

Alfalahmadani.my akan menjawab setiap permasalahan dengan pengetahuan, kebijaksanaan dan kebenaran. Tentunya, kehadiran Alfalahmadani.my bukan berhasrat menyatakan kesempurnaan pemikiran, tetapi sebagai wahana untuk menuju kesempurnaan pengetahuan dalam konteks pemikiran semasa, dan kebijaksanaan yang mampu diusahakan.